Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2017

Puisi Joko Pinurbo: Kamus Kecil

sumber: kompasiana.com Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia yang pintar dan lucu Walau kadang rumit dan membingungkan Ia mengajari saya cara mengarang ilmu Sehingga saya tahu Bahwa sumber segala kisah adalah kasih Bahwa ingin berawal dari angan Bahwa ibu tak pernah kehilangan iba Bahwa segala yang baik akan berbiak Bahwa orang ramah tidak mudah marah Bahwa untuk menjadi gagah kau harus menjadi gigih Bahwa seorang bintang harus tahan banting Bahwa orang lebih takut kepada hantu ketimbang kepada Tuhan Bahwa pemurung tidak pernah merasa gembira Sedangkan pemulung tidak pelnah merasa gembila Bahwa orang putus asa suka memanggil asu Bahwa lidah memang pandai berdalih Bahwa kelewat paham bisa berakibat hampa Bahwa amin yang terbuat dari iman menjadikan kau merasa aman Bahasa Indonesiaku yang gundah Membawaku ke sebuah paragraf yang merindukan bau tubuhmu Malam merangkai kita menjadi kalimat majemuk yang hangat Di mana kau induk kalimat dan aku anak kalimat Ketika induk kalimat bilang pu...

Lupa Kenangan

Aku bisa saja melupakanmu. Mungkin itu sudah. Kita memang bisa mengendalikan ingatan, maka kita saling mengenal dan menghafal. Tapi apakah kamu tahu ada yang melebihi dari ingatan? Kenangan... Aku tidak bisa melupakan kenangan, karena kenangan yang mengendalikan kita. Kenangan bagaimana rasanya mencintai dan merindukanmu. Aku tak pernah kuasa menahannya. Sudah ku coba berbagai cara, tapi tetap saja. Kamu pernah mendengar lupa ingatan? pasti... Tapi, apa kamu pernah dengar lupa kenangan? Tolong ajari aku, sepertinya kamu bisa...

Menulis dengan Utuh

Ternyata selain kerinduan ada juga keadaan yang memaksa untuk ditahan: kebahagiaan. Kebahagiaan yang rasanya ingin sekali aku utarakan pada dirimu, kasih. Belakangan aku ingin sekali menulis cerita kebahagiaan itu. Dalam konteks yang sama, tetapi dalam hal lain. Iya, kamu tahu itu. Aku ingin sekali menuliskan dari A-Z dengan detail. Mulai dari awal hingga akhir. Hingga puncaknya. Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian. Jalan ceritanya tentu sama kamu. Kita berdua. Tentang percintaan saat kita bercinta. Aku butuh melakukannya sekali lagi. Agar aku bisa menulisnya dengan utuh untuk kita berdua. Kita yang hanya bisa menahan kebahagiaan itu sendiri. Aku harap kamu mau melakukannya.

Ditulis dengan Cinta dan Kenangan

Aku serahkan semua kepadamu, meski aku tidak yakin apa yang kamu lakukan. Saat semua kau coba menghapusnya, janganlah pernah kamu bingung akan abadinya tulisan-tulisan kita. Karena tidak sesederhana itu. Ini bukan surat yang ditulis dengan pena ataupun air mata. Semua ditulis lewat cinta dan menguat dengan kenangan. Kalau kau bilang ingin melupakanmu, ku kira kau tak akan sanggup. Karena kamu pun masih di sini, di sebelahku saat aku duduk, maupun tidur. Bahkan aku sering bercinta denganmu, di atas kasur ini, dengan sebagian dari dirimu yang masih di sini. Dirimu yang terang, dirimu yang berkilau ada di sini. DI atas pangkuanku saat aku menuliskan ini Nanti malam aku ingin bercinta lagi.  Dirimu yang di sana? dirimu yang gelap, penuh keberatan, penuh ketidakadilan dan kebohongan. Palsu. Justru kau melupakan untuk meninggalkan. Sekali lagi, tengah malam aku akan bercinta denganmu. Aku tunggu kabarmu.