Skip to main content

#LaTahzan: Mengoptimiskan Masa Lalu untuk Masa Depan

sumber: buzfeed.com
Banyak di antara kita larut dalam masa lalu, terutama masa lalu yang pilu, menyakitkan, atau bahkan kelam. Sehingga kita lupa menatap hari ini, esok, atau masa depan yang lebih baik lagi.

Masa lalu memang musykil, bahkan tidak bisa, untuk dilupakan meski sudah berbagai cara dilakukan. Itu wajar, dan mungkin, melupakan masa lalu seperti sama sulitnya mengingat seseorang yang tidak pernah kita kenal sama sekali sebelumnya.

Tapi kita sebetulnya bisa memanfaatkan masa lalu sebagai energi positif untuk bangkit dan lebih optimis menatap esok dan masa depan.‎ Kalau kamu saat ini sedang mengalami hal itu, mungkin kamu bisa coba beberapa cara berikut ini:

Menyebut nama Allah

Sesulit apapun keadaan kita maka ingat dan sebutlah, "Ya, Allah!". Seburuk apapun kondisi kita, "Ya, Allah!". Sedalam apapun kita terjebak, "Ya, Allah!". Dan, sejauh apapun kita tersesat maka ingat dan sebutlah, "Ya, Allah!".

Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundahgulanakan hati adalah hanya pantas ditujukan ke hadirat-Nya. Bukankah, "Allah mahalembut terhdap hamba-hambanya," QS. Asy-Syura: 19.

Juga bukankah, "Apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah datangnya," QS. An-Nahl: 53.

Pikirkan dan syukurilah

Masa lalu yang tidak baik bukanlah sesuatu yang mesti kita kubur dalam-dalam. Kita bisa jadikan itu sesuatu untuk di-tadaburi atau direnungkan, dianalisa, dan pelajari untuk mengambil intisarinya kemudian menjadikannya pengalaman paling berharga.‎

Karena terjebak dalam masa lalu sehingga bahkan menyebabkan keputusasaan bukanlah hal bagus untuk diri kita. Mungkin juga orang lain. Maka pikirkan dan syukurilah.

Sesungguhnya kita masih punya banyak nilkmat dan rizki lainnya yang perlu kita pikirkan dan syukuri. Kita masih memiliki orang-orang terdekat yang selalu ingin melihat diri kita tersenyum, riang gembira, dan tertawa bahagia. Apakah kita ingin meg-kufurkan nikmat itu?

Yang lalu biar berlalu

Mengingat dan mengenang masa lalu kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan sebuah kerugian, sekalipun itu masa lalu yang indah.

Sejatinya kita tidak bisa hidup dalam mimpi masa lalu. Kita harus terus maju ke depan dan berbuat yang lebih baik lagi. Karena orang yang berusaha kembali ke masa lalu adalah tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu. Atau juga, kata pepatah, berjemur di kala hujan.

Nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang meratapi masa lalu. "Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya".

Masa depan milik kita

Katakanlah hidup dimulai esok. Diawali dengan pagi hari. Maka, janganlah menunggu sore tiba, lakukan sesuatu yang terbaik. Inilah yang akan kita jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu.

Kemudian, anggaplah, hidup kita tinggal hari ini, masa hidup hanya hari ini. Atau katakanlah kita dilahirkan hanya hari ini, dan dimatikan hari ini juga. Apa yang akan kita lakukan?

Andaikan benar begitu, maka hiduplah untuk hari ini. Jadikanlah setiap menitnya laksana ribuan tahun dan setiap detiknya bak ratusan bulan. Tanamlah kebaikan sebanyak-banyaknya dan persembahkanlah kepada semua untuk hari itu. Ber-istighfar-lah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada-Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan nikmatilah hari itu dengan segala kesenangan dan kebahagiaan.

"Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang yang bersyukur," QS. Al-Araf: 144.

Biarkan masa depan datang sendiri

Ada pepatah yang mengatakan, "Di dunia ini tidak ada yang pasti, yang pasti hanyalah kematian." Namun ada juga pepatah yang mengatakan, "Dunia ini adalah pasti, dan pasti akan digantikan oleh kepastian-kepastian lainnya."

Apapun pepatahnya yang jelas kita tidak boleh mendahului sesuatu yang belum terjadi. Atau meminta kepastian datang lebih cepat. Bersabarlah, karena kepastian demi kepastian akan digantikan dengan kepastian juga.

"Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan datangnya," QS. An-Nahl: 1.

Lagipula bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu kembali dengan esok hari atau tidak, dan apakah hari esok itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan?

Jadi yang bisa kita lakukan adalah seperti tadi, ‎hiduplah untuk hari ini, menanam kebaikan sebanyak-banyaknya dan persembahkanlah kepada semua untuk hari itu. Ber-istighfar-lah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada-Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan nikmatilah hari itu dengan segala kesenangan dan kebahagiaan.

Comments

Popular posts from this blog

Puisi Joko Pinurbo: Kamus Kecil

sumber: kompasiana.com Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia yang pintar dan lucu Walau kadang rumit dan membingungkan Ia mengajari saya cara mengarang ilmu Sehingga saya tahu Bahwa sumber segala kisah adalah kasih Bahwa ingin berawal dari angan Bahwa ibu tak pernah kehilangan iba Bahwa segala yang baik akan berbiak Bahwa orang ramah tidak mudah marah Bahwa untuk menjadi gagah kau harus menjadi gigih Bahwa seorang bintang harus tahan banting Bahwa orang lebih takut kepada hantu ketimbang kepada Tuhan Bahwa pemurung tidak pernah merasa gembira Sedangkan pemulung tidak pelnah merasa gembila Bahwa orang putus asa suka memanggil asu Bahwa lidah memang pandai berdalih Bahwa kelewat paham bisa berakibat hampa Bahwa amin yang terbuat dari iman menjadikan kau merasa aman Bahasa Indonesiaku yang gundah Membawaku ke sebuah paragraf yang merindukan bau tubuhmu Malam merangkai kita menjadi kalimat majemuk yang hangat Di mana kau induk kalimat dan aku anak kalimat Ketika induk kalimat bilang pu...

Naik Kereta ke Kota Tua

Kota Tua Sehari-hari saya selalu menggunakan motor untuk keperluan transportasi, baik ke kantor, ke rumah teman, atau sekadar ke warung. Motor menjadi pilihan karena begitu efisien, setidaknya hanya perlu keluar uang Rp 20 ribu, saya sudah bisa kemana-mana. Tapi tidak untuk hari ini, saya mencoba menggunakan kereta api. Berangkat dari Stasiun Klender, saya menuju Stasiun Kota Tua. Tapi, saya turun terlalu cepat, di Stasiun Jayakarta. Maklum, ini adalah baru keempat kalinya menggunakan moda transportasi umum kereta api. Pertama kali saya naik kereta ketika itu usai turun dari Gunung Gede, Jawa Barat. Kala itu, naik dari Stasiun Bogor menuju Stasiun Lenteng Agung. Kedua kalinya, dari Stasiun Sudimara ke Stasiun Kebayoran Lama menuju Mayestik. Ketiga, Stasiun Tebet menuju Stasiun Depok Baru, saat ingin liputan Piala AFF 2016, di Stadion Pakansari, Cibinong. Saya turun di Depok Baru karena sudah atur janji dengan rekan kerja. Mengapa saya berangkat ke Kota Tua dari Stasiun Kle...

Gundul-gundul Pacul: Sebuah Nasihat Kepemimpinan

sumber: indoagribiz.com Nenek moyang kita punya banyak cara mengajarkan tentang arti kehidupan. Ada yang lewat laku, nasihat, ataupun tulisan. Namun tak sedikit juga yang mengajarkan melalui media musik. Dipilihnya musik mungkin sebagai media paling efisien, karena musik banyak didengarkan oleh orang-orang dan mudah diterima. Namun para nenek moyang atau pendahulu kita tak sembarangan dalam menghasilkan lagu. Mereka sangat memperhitungkan maksud dan tujuan dari lagu yang dihasilkan sehingga memunculkan syarat makan mendalam di baliknya. Seperti Gundul-gundul pacul, misalnya. Lagu yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga ini lebih dikenal sebagai lagu anak-anak --dan berdasarkan cerita lagu ini memang sengaja "dititipkan" kepada anak-anak. Namun di balik itu sebenarnya Gundul-gundul pacul punya makna nasihat kepemimpinan. Gundul gundul pacul, cul, gembelengan. Kata pertama yang disebut dalam lagu ini, yakni "gundul", atau kepala yang tak memiliki rambut. Kita tah...